Wednesday, November 30, 2016

Tugas Belajar Perkalian dan Pembagian Bentuk Aljabar

Tugas Belajar Perkalian dan Pembagian Bentuk Aljabar untuk Pelajar SMP


Tugas Belajar Perkalian dan Pembagian Bentuk Aljabar

Tugas Belajar untuk SMP kelas 7 dan 8 Mengenai Perkalian Aljabar dan Pembagian Aljabar Matematika


Tugas Perkalian dan Pembagian Bentuk Aljabar - Rumus MATEMATIKAN mengenai Perkalian dan pembagian aljabar merupakan bentuk dari operasi hitung aljabar. Perkalian aljabar prinsipnya sama halnya dengan perkalian dalam operasi hitung perkalian bilangan bulat dan begitu juga pembagian aljabar sama halnya dengan  pembagian dalam bentuk bilangan bulat. 

Setelah kita tahu bagaimana prinsip mengalikan dan membagi bilangan, maka sekarang dalam mempelajari bentuk aljabar tidak akan sulit, karena tinggal mengaplikasikannya dalam bentuk aljabar.

Perkalian Bentuk Aljabar

Berbeda dengan penjumlahan dan pengurangan aljabar , dalam perkalian aljabar . Yang dikalikan bukan hanya koefisiennya saja , namun semua komponennya harus dikalikan. Dan untuk menyelesaikannya digunakan metode distributif .

Bentuk perkalian satu bilangan dengan aljabar suku dua 


    a ( bn) = abn    { suku satu }
    a ( bn + c ) = abn + ac
    a (   n + c ) = an + ac
    bn ( n + c ) = bn2  + bcn

Keterangan :

a = sebuah bilangan

n = variabel

b = koefisien

c = konstanta

Bentuk perkalian satu bilangan dengan aljabar suku tiga :

          an ( n2  + n – b ) =  an3 + a n2  -b

Untuk lebih memahami tentang penjelasan diatas , perhatikan contoh soal di bawah ini :

a. Tentukan hasil perkalian dari bentuk aljabar berikut :

     1.   2x ( 3x + 4 y )
     2.   3y ( 2x + 6y )
     3.   4y ( 2x + 3y )
     4.   x ( x2 – x + 1 )
     5.   4x ( x2  + 2 + 8 )
     6.   2 ( 3x + 4 ) + 6x ( x +2 )
     7.   -4 ( x + 6 ) – 2 ( 4x – 6 )
     8.   6x ( 2x – 3y )
     9.   6 ( x2  + 2 + 1 )
     10. 2 ( 6x )

Jawab :

1.  2x ( 3x + 4 y )  = 6 x2  +  8xy

2.  3y ( 2x + 6y )  = 6xy +  18y2

3.  4y ( 2x + 3y ) = 8xy + 12 y2

4.  x ( x2 – x + 1 ) =  x3 –  x2  + x

5.  4x ( x2  + 2 + 8 ) = 4 x3  + 8x + 32x

6.  2 ( 3x + 4 ) + 6x ( x +2 )

     =  6x + 8 + 6x2 + 12x

     =  6x2  + 6x + 12 x + 8

     =   6x2 + 18x + 8

7.  -4 ( x + 6 ) – 2 ( 4x – 6 )

     =  -4x – 24 – 8x + 12

     =  -12x – 12

8.  6x ( 2x – 3y ) =  12x2 –  18xy

9.  6 ( x2  + 2 + 1 ) = 6 x2 + 12 + 6

10. 2 ( 6x ) = 12x

b. Sebuah tanah yang berbentuk segi panjang memiliki lebar ( n+ 2 ) dan panjangnya ( 6n +2 ) ,maka

hitunglah Luas tanah tersebut dan panjang serta lebar apabila variabel n = 2  !

Penyelesaian :

Diketahui :

p = 6n +2

l = n + 2

Ditanya :

1. Luas tanah

2. P dan l  , jika n = 2

Jawab :

            L tanah = p  x l

                         = ( 6n + 2 ) x ( n+ 2 )

                         = 6n x n + 6n x 2 + 2 x n + 2 x 2

                          = 6n2  + 12n + 2n + 4

                           = 6n2 + 14n + 4

Jadi , Luas tanah tersebut dalam bentuk aljabar =  6n2 + 14n + 4

atau apabila n= 2

Luas  =  6n2 + 14n + 4

         =  6( 22 ) + 14(2) + 4

         =  ( 6 x 4 ) + 28 + 4

         =  24 + 28 + 4

         =  56

2.  p = 6n +2 =  6(2) + 2 = 14

l = n + 2 = 2 + 2 = 4

Jadi , panjang nya adalah 14 dan lebarnya adalah 4
Pembagian Bentuk Aljabar

Operasi hitung dalam pembagian bentuk aljabar , yaitu sama halnya dengan pembagian bentuk bilangan bulat. Dalam bentuk bilangan bulat , untuk menyelesaikan suatu permasalahan pembagian bentuk aljbar, maka langkah pertama harus mengetahui faktor persekutuan dari bentuk aljabar tersebut .

Bentuk pembagian aljabar :
 an :  a  = an/a
             = n

keterangan :

Dalam pembagian bentuk aljabar , langkah pertama yaitu merubah menjadi bentuk pecahan dimana

penyebutnya adalah pembaginya .Setelah mengubah menjadi bentuk pecahan maka selanjutnya adalah menentukan faktor persekutuan dari kedua bentuk aljabar tersebut .

Untuk memudahkan dalam mempelajari operasi hitung dalam pembagian bentuk aljabar , perhatikan contoh

Soal dibawah ini :

a. Tentukan hasil pembagian dari bentuk – bentuk aljabar berikut :

    2x : 2
    24x2 y + 12 xy2  : 4xy
    10r : 2r
    ( 8p3 + 10p2  – 12 p ) : ( -2p )

Jawab :

1.) 2x : 2 = 2x / 2

               = x

2.)  24x2 y + 12 xy2  : 4xy

Cara 1

 24x2 y + 12 xy2    /   4xy

 = 24x2 y  / 4xy  +    12xy2  / 4xy

 = 6x + 3y

Cara 2

24x2 y + 12 xy2    /   4xy  >> faktor persekutuannya adalah 4xy

= 4xy ( 6x + 3y ) / 4xy

=  4xy ( 6x + 3y ) / 4xy

= 6x + 3y

3.)  10r : 2r     =   10r / 2r

                       = 5

4.)  ( 8p3 + 10p2  – 12 p ) : ( -2p )

=  ( 8p3 + 10p2  – 12 p ) /  ( -2p )

=  8p3 + 10p2  – 12 p  /  -2p

=  -4p2  – 5p + 6

Semoga penjelasan mengenai Perkalian dan Pembagian bentuk Aljabar. Pada dasarnya, tidak adamasalah yang sulit . Kunci dari permasalahan matematika yaitu karena kita malas untuk memahaminya.
 
Perkalian dan Pembagian Bentuk Aljabar

Tambahan, kunci dari perkalian aljabar adalah kalikan semua suku – suku yangterdapat dalam bentuk aljabar . Sedangkan kunci dari pembagian aljabar adalah membagikan antar suku dengan faktor persekutunya . Semoga penjelasan ini akan bermanfaat bagi adik-adik semua.

Mengenal Rumus Pythagoras

Mengenal Rumus Pythagoras Serta Penerapannya

Kumpulan Rumus matematika untuk pelajar SD/SMP dan SMA

Rumus matematika Pythagoras - bagi adik-adik semua juga pastinya sudah tidak asing lagi dengan hal ini. Pengertian dari rumus pythagoras yaitu rumus yang digunakan untuk mencari panjang sisi pada sebuah segitiga siku-siku. Apa itu segitiga siku? yaitu segitiga yang salah satu sudutnya memiliki besar 90°.
 
Mengenal Rumus Pythagoras

Untuk membuktikan rumus pythagoras / teorema pythagoras diatas, sebenarnya terdapat banyak cara. Pada kesempatan kali ini akan kita gunakan cara sederhana untuk membuktikannya. Jika kita mempunyai segitiga siku-siku, cobalah disusun sehingga membentuk sebuah persegi seperti gambar dibawah ini.

 
Mengenal Rumus Pythagoras

 Mengenal Rumus Pythagoras

Pembuktian teorema pythagoras yang lain dapat sobat lakukan langsung dirumah, jika rumah sobat menggunakan lantai ubin atau keramik. Cobalah buat segitiga dengan alas 4 keramik dan tinggi 3 keramik, seperti gambar dibawah ini.

 
Mengenal Rumus Pythagoras

Sudah Selesai, sekarang silahkan adik-adik hitung panjang sisi miring yaitu garis yang diberi tanda warna merah. Jika sobat semua benar dalam menghitungnya akan diperoleh hasil panjang sisi miring yaitu 5 kali panjang ubin/ keramik.

Dalam kehidupan nyata rumus pythagoras banyak pemanfaatannya, salah satu contohnya yaitu pada bidang arsitektur. Seorang arsitek akan menggunakan rumus pythagoras dalam menentukan kemiringan suatu bangunan misalnya saja kemiringan sebuah tanggul agar tanggul tersebut dapat menahan tekanan air. Contoh lainnya yaitu seorang tukang kayu, ketika dia membuat segitiga penguat pilar dia menggunakan rumus pythagoras.

Perhatikan contoh soal dibawah ini :

1.  Jika diketahui BC = 8cm, AC = 6cm. Berapakah panjang sisi AB pada gambar di bawah ini ?
 
Mengenal Rumus Pythagoras
Jawab:

AB2 = AC2 + BC2
= 62 + 82
= 36 + 64
= 100AB
= √100
= 10
Jadi panjang sisi AB adalah 10cm.

2. Berapakah panjang sisi a pada gambar di bawah ini ?
Mengenal Rumus Pythagoras

Jawab:
Karena yang ditanyakan adalah panjang sisi a , maka berlaku rumus:
a2 = c2 – b2
= 172 – 82
= 289 – 64 = 225
a = √225 = 15 cm

Demikian sedikit informasi tentang rumus pythagoras dan penerapannya, semoga dapat bermanfaat bagi adik-adik semua. Masukan dan koreksi lebih mendalam sangat diharapkan dari kalian semua. Jika kalian butuh artikel lain klik saja: CONTOH MAKALAH   CONTOH KLIPING

Pengertian Teorema

Teorema merupakan pengetahuan dan pelajaran bagi pelajar SMP dan SMA 



Pengertian Teorema

Pengertian Teorema

Pengertian Teorema - Teorema adalah sebuah pernyataan, sering dinyatakan dalam bahasa alami, yang dapat dibuktikan atas dasar asumsi yang dinyatakan secara eksplisit ataupun yang sebelumnya disetujui. Dalam logika, sebuah teorema adalah pernyataan dalam bahasa formal yang saat diturunkan dengan mengaplikasikan aturan inferensi dan aksioma dari sebuah sistem deduktif.

Teorema dari sejumlah fungsi memiliki nama lain:

1. Identitas - digunakan untuk teorema yang menampakkan persamaan     antara 2  pernyataan matematika.
2. Lema - pra-teorema. Pernyataan yanproposisi yang diikuti dengan bukti yang sedikit atau tidak ada sama sekali dari sebuah teorema atau definisi lain. Yaitu, 3. proposisi B adalah korolar proposisi A jika B bisa dideduksikan dari A.
4. Proposisi - pernyataan yang tak dikaitkan dengan "teorema" apapun.
5. Klaim - hasil menarik yang diperlukan atau bebas.
6. Aturan - digunakan untuk teorema tertentu seperti aturan Bayes dan aturan Cramer, yang mendirikan formula yang berguna

Banyak matematikawan yang juga menggunakan nama lain untuk teorema, seperti postulat, sublema, dll.

Konjektur adalah sebuah pernyataan yang terbukti namun dianggap benar. Sebagai contoh konjektur Goldbach. Konjektur terkenal lainnya termasuk konjektur Collatz dan hipotesis Riemann.

Teori Himpunan dan Contoh

Pengertian Teori Himpunan dan Contoh 


Teori Himpunan dan Contoh

Teori Himpunan dan Contoh - Himpunan adalah kumpulan dari objek-objek tertentu yang tercakup dalam satu kesatuan dengan keterangan yang jelas. Untuk menyatakan suatu himpunan digunakan huruf kapital A, B, C, … sedangkan untuk menyatakan anggotanya digunakan huruf kecil a, d, c, …

Ada 4 cara untuk menyatakan suatu himpunan :

1.  Enumerasi, yaitu dengan mendaftarkan semua anggotanya yang diletakan didalam sepasang tanda kurung kurawal dan diantara setiap anggotanya dipisahkan dengan tanda koma. Contoh : A = {a, i, u, e, o}.

2. Simbol baku, yaitu dengan menggunakan simbol tertentu yang telah disepakati. Contoh : P adalah himpunan bilangan bulat positif dan R adalah himpunan bilangan riil.

3.   Notasi pembentukan himpunan, yaitu denganmenuliskan ciri-ciri umum atau sifat-sifat umum dari anggota. Contoh : A = {x|x adalah himpunan bilangan bulat positif}

4.  Diagram venn, yaitu dengan menyajikan himpunan secara grafis dengan tiap-tiap himpunan digambarkan sebagai lingkaran dan memiliki himpunan semesta yang digambarkan dengan segi empat. Contoh :

Teori Himpunan dan Contoh

Lebih Jelasnya lihat diagram venn berikut ini beberapa contoh diagram venn

Teori Himpunan dan Contoh

Operasi Himpunan dalam diagram venn, lihat gambar dibawah ini.

Teori Himpunan dan Contoh

Teori Himpunan dan Contoh


Teori Himpunan dan Contoh
Teori Himpunan dan Contoh



Tuesday, November 29, 2016

Contoh Ujian Praktikum SD Kelas 1 dan 2


Pendidikan Agama
A.    Agama (Ibadah)
1.    Melakukan praktek wudlu
       Lakukan bagaimana cara kamu bersuci / mengambil air wudlu berikut do’anya

2.   Melakukan praktek salah satu sholat fardlu
      Lakukan bagaimana cara kamu melaksanakan shalat subuh disertai melafadzkan        
      bacaan dengan suara yang dapat didengar mulai dari niat / takbir sampai dengan salam .
B.    Baca Al Qur’an
1.    Membaca Al Qur’an
       Bacalah ayat-ayat Al Qur’an dalam Surat Al Baqoroh ayat 1 s/d 7

2.    Hafal surat Al Qur’an
       Ucapkanlah dengan hafal dan tartil berikut terjemahnya surat di bawah ini!
       Surt Al-“alaq 1 s/d 5
       (surat-surat pendek lainnya)

II.    MATERI KEGIATAN
1.    Membaca

KELAHIRAN NABI MUHAMMAD SAW
Pada hari Senin (dinihari) tanggal 12 Rabiu’ul Awwal,bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 Masehi,Aminah Binti Wahab melahirkan seorang bayi laki-laki yang sangat tampan.

Setelah bayi itu dimandikan,Aminah memerintahkan pembantunya bernama Barakah untuk menyerahkan bayinya itu kepada Abdul Muthalib,mertuanya. Abdul Muthalib menyambut gembira kelahiran cucunya itu. Ia lalu membawanya ke hadapan Ka’bah. Berdasarkan petunjuk Allah yang diilhamkan kepadanya,Abdul Muthalib menamai cucunya itu Muhammad.

Menurut Ibnu Abbas, kelahiran Muhammah Saw, bertepatan dengan binasanya pasukan gajah Abrahah yang akan mengahancurkan Ka’bah. Karena itu tahun kelahiran Muhammad Saw, dinamai juga tahun gajah.

Abrahah adalah seorang pemuka agama Nasrani. Ia ingin semua orang di Jazirah Arab menganut agama Nasrani.

Abrahah mendirikan gereja yang sangat megah di negeri Yaman. Namun , ia kecewa  karena masyarakat Arab lebih suka berziarah ke Ka’bah di kota Makkah daripada menziarahi gerejanya. Abrahah merasa kesal. Berangkatlah ia bersama pasukan gajahnya menuju kota Makkah untuk menghancurkan Ka’bah. Namun, sebelum mereka berhasil melaksanakan rencananya tersebut, Allah menghujani mereka dengan batu terbakar. Matilah Abrahah bersama pasukan gajahnya.

Pertanyaan
1.    Apa judul riwayat tadi ?
2.    Siapakah nama kakek Nabi Muhammad ?
3.    Tanggal berapa nabi Muhammah dlahirkan ?
4.    mengapa tahun kelahiran Nabi Muhammah di sebut gajah ?
5.    Siapa nama raja yang berkuasa pada waktu itu ?
2.    Berbicara / puisi

Demikian sekilas contoh ujian praktikum pelajar Sekolah Dasar (SD) Khusus Kelas 1

Sunday, November 20, 2016

Contoh Kliping Peran Orangtua Sebagai Guru Dalam Mendidik Anak

Tema Kliping: Pendidikan

Tentang Peran Orangtua Sebagai Guru Dalam Mendidik Anak

  
Contoh Kliping Peran Orangtua Sebagai Guru Dalam Mendidik Anak



Peran Orangtua dan Guru Dalam Mendidik Anak
Pada hakikatnya pendidikan anak merupakan tanggungjawab orangtua sebagai pusat pendidikan dasar, karena hal ini sangat penting dan menentukan. Tak hanya itu saja, seorang anak memperoleh pendidikan, pengarahan, pembinaan serta pembelajaran untuk yang pertama kalinya dari orangtua mereka. Semua itu adalah faktor penting yang nantinya sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak tanpa terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus.

Namun, karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh para orangtua, maka orangtua membutuhkan bantuan dari orang lain yang mampu dan mau membantu memberikan pendidikan kepada anak-anak mereka yaitu pihak sekolah terutama guru. Jadi, anak berkebutuhan khusus bisa hidup mandiri karena hasil kombinasi dari peran orangtua di rumah dan juga guru di sekolah yang memberikan berbagai ilmu pengetahuan serta keterampilan.

Meskipun demikian, bukan berarti bantuan pendidikan yang diberikan dari pihak sekolah kepada anak berkebutuhan khusus menjadi tanggungjawab sepenuhnya bagi para guru, sebab kewajiban sekolah atau guru hanyalah membantu orangtua dalam mendidik anak. Yang memiliki peran penting dalam melaksanakan pendidikan kepada sang anak tetapkah orangtua.

Orangtua adalah sebagai guru di rumah, guru yang pertama kali memberikan pendidikan, pengarahan dan lain sebagainya. Apa saja yang disampaikan oleh guru di sekolah pastinya akan ditindaklanjuti oleh para orangtua di rumah. Disinilah kita bisa melihat peran penting orangtua untuk menjadikan anak berkebutuhan khusus menjadi seorang anak yang mandiri.
 
Contoh Kliping Peran Orangtua Sebagai Guru Dalam Mendidik Anak

Pada saat potensi bakat anak berkebutuhan khusus muncul, umumnya orangtualah yang pertama kali menemukan potensi anak tersebut. Setelah itu, barulah guru meneruskannya melalui program pembelajaran anak dan nantinya anak akan bisa menggali bakatnya lebih dalam lagi. Misalnya saja anak berkebutuhan khusus memiliki potensi bakat dalam bidang musik karena ia suka mengetok-ngetok meja dengan irama yang bagus.

Mungkin bagi sebagian besar orang yang tidak biasa menghadapi anak berkebutuhan khusus, hal itu merupakan sesuatu yang biasa saja. Namun, lain halnya jika orang itu sering berhadapan dengan anak berkebutuhan khusus, dalam hal ini adalah orangtua si anak, pastinya mereka akan merasakan bahwa apa yang dilakukan oleh sang anak mungkin adalah potensi bakat dalam bidang musik. Dari situ orangtua dapat melakukan sharing dengan guru disekolah agar bisa memberikan pendidikan khusus kepada anak demi menggali bakatnya lebih dalam lagi.

Dari situ kita bisa menarik kesimpulan bahwa pada dasarnya orangtua haruslah lebih berperan aktif dalam mengembangkan pendidikan dan pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Mengapa demikian? Karena orangtua adalah orang terdekat bagi anak-anaknya sehingga mereka bisa lebih memahami anaknya sendiri menggunakan ikatan batin atau perasan yang mereka miliki.

Tidak sedikit dari kita mendapati orangtua yang malu untuk mengakui anaknya yang berkebutuhan khusus. Padahal, seharusnya anak berkebutuhan khusus itu harus mendapatkan dukungan penuh dari orangtua mereka dan juga orang-orang terdekat yang ada disekitarnya. Jika orangtua malu mengakui anaknya, lalu bagaimana mungkin seorang anak berkebutuhan khusus mendapatkan pendidikan yang baik serta bisa tumbuh dan berkembang dengan baik pula.


Contoh Makalah, Contoh Pidato, Rumus Matematika 

Untuk menghindari permasalahan yang tidak diinginkan serta dampak yang kurang baik bagi anak berkebutuhan khusus, maka perlulah kesadaran bagi para orangtua untuk memperhatikan segala kebutuhan anak berkebutuhan khusus tanpa terkecuali dalam pendidikan. Selain itu komunikasi yang baik antara orangtua dan guru juga sangat dibutuhkan dalam mendukung pendidikan anak, sehingga ketika ada hal-hal yang tidak mampu diselesaikan sendiri dalam menangani anak berkebutuhan khusus, orangtua dan guru bisa saling sharing untuk mendapatkan hasil yang baik bagi semua pihak. Dari situ akan tercipta kerjasama yang baik antara orangtua dan guru agar nantinya tidak akan ada kasus saling menyalahkan.

Ingatlah selalu bahwa mengembangkan pendidikan anak berkebutuhan khusus tidak akan mencapai hasil yang maksimal jika hanya dilakukan oleh pihak sekolah atau guru saja tanpa ada campur tangan dari orangtua. Orangtualah yang memegang peranan penting bagi anak berkebutuhan khususuntuk memberikan layanan pendidikan pada anak.

Semoga Contoh Kliping ini bermanfaat

Saturday, November 19, 2016

Pengertian Peranan Pendidikan

Pengertian Peranan Pendidikan

  
Pengertian Peranan Pendidikan

Sebagai Bahan Tugas Belajar Dalam Penyusunan Makalah dan Kliping untuk Peserta Didik dan Guru.

Pengertian Pendidikan Secara Umum
 
Pengertian Peranan Pendidikan - Pendidikan adalah mata uang yang berlaku kapan saja dan dimana saja. Kalimat singkat dan sederhana ini menunjukkan betapa penting nilai pendidikan dibandingkan dengan harta dan mata uang apa saja yang ada di dunia. Beberapa orang mungkin memiliki sejumlah besar mata uang Euro atau Dollar di kantong, namun itu tidak akan berlaku di pedalaman Amazon ataupun di daerah konflik yang tidak memiliki money changer outlet.

Seseorang yang berpendidikan tinggi, terlatih dan memiliki keterampilan tentu bisa bertahan hidup dalam kondisi apapun. Penekanan peranan pendidikan hampir menunjukkan fungsi dan posisinya pada setiap sendi kehidupan masyarakat. Berdasarkan hal ini dapat ditarik kesimpulan memberikan pendidikan kepada orang lain ataupun diri sendiri memiliki arti memberikan seluruh modal dibutuhkan dalam menjalani hidup oleh karena itu salah memberikan pendidikan dapat diartikan sebagai proses penyesatan terhadap kehidupan.
Peranan Pendidikan Menurut Pandangan para ahli 

Secara etimologi, pendidikan atau education berasal dari kata ēducātiō atau ēdūcō yang secara harfiah berarti saya berlatih atau saya belajar. Berlatih adalah upaya yang dilakukan untuk memahami sebuah keterampilan tertentu. Proses latihan merupakan sebuah proses belajar dengan melakukan sesuatu. Dalam dunia pendidikan, Proses belajar untuk memahami sesuatu akan merujuk pada kata pendidikan.

Pendidikan dapat diartikan segala usaha yang dilakukan untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu mengenai objek yang dipelajari. Pada kamus besar bahasa Indonesia memandang bahwa pendidikan dilakukan secara individu. Individu akan memperoleh pandangan yang ia dapat setelah melakukan proses belajar baik belajar secara individu maupun belajar secara berkelompok.

Pendidikan adalah sebuah proses belajar yang dapat dilakukan dan bersumber dari apa saja. Salah satu hal yang paling sering dijadikan sumber belajar bagi siapa saja adalah pengalaman. Pengalaman adalah guru yang paling berharga, namun John Dewey berpendapat bahwa pengalaman bukanlah guru yang paling baik melainkan mengambil hikmah dari pengalaman. Seorang yang gagal dalam melakukan usaha dan terus mencoba tanpa mengetahui kekurangan yang ia lakukan saat melakukan usaha tidak akan menunjukkan perubahan apa-apa jika ia tidak melakukan refleksi tentang apa yang ia kerjakan.

Pendidikan merupakan bagian dari pengalaman namun Pengalaman tidak selalu mendidik Hakikat dari sebuah pengalaman akan didapatkan oleh siapa saja yang mengalami bertumbuhan, namun keterkaitan antara pengalaman dengan pendidikan tentu saja terdapat sedikit perbedaan. Kumpulan dari pengalaman yang digunakan oleh seseorang untuk menjadi lebih baik merupakan sebuah proses pendidikan yang ia lakukan sendiri.

Pengalaman akan membawa dua perubahan dalam hidup yakni membuat seseorang menjadi lebih bijak dan yang kedua adalah membuat seseorang menjadi lebih tahu dan menambah keterampilan. Kedua hal ini bisa berjalan beriringan namun pada beberapa kondisi tertentu pengalaman tidak membuat orang menjadi bijak. Arti kata pendidikan lebih menekankan pada faktor yang membuat seseorang menjadi lebih bijak setelah mengetahui sesuatu hal berdasarkan pengalaman yang ia bangun, namun proses mencari tahu sesuatu berdasarkan pengalaman tanpa membuat menambah kearifan seseorang lebih dikaitkan dengan proses belajar.

Pengalaman yang didapatkan dari proses belajar terkadang membawa malapetaka, dalam kajian pendidikan yang disangkutpautkan dengan sains, belajar dan pendidikan adalah dua hal yang berbeda. Nobel adalah salah satu kisah yang paling baik digunakan sebagai conotoh pembeda antara pendidikan dan proses belajar. Nobel merupakan ilmuwan besar yang telah berhasil mengubah sejarah dunia dengan temuan yang ia dapatkan dari mengekstrak Nitrat di alam. Senyawa Nitrogen tersebut kemudian disintesis menjadi senyawa Toulena yang menjadi bahan dasar Dinamik. Nobel yang menyesali karena penemuannya dijadikan sebagai alat perang yang paling mematikan hingga saat ini akhirnya menyesal dan menyumbangkan hartanya bagi siapa saja yang mampu membawa perdamaian di dunia.

Pengalaman yang didapatkan oleh Nobel selama bekerja sama dengan ayahnya dalam menciptakan bahan peledak dari bubuk mesiu tidak memberikan gambaran mengenai dampak negatif yang muncul setelah menemukan Dinamik. Hal ini juga pernah disesali oleh ilmuwan terbesar sepanjang sejarah Albert Einstein. Teori relativitas yang ia temukan akhirnya mengarahkan penelitian yang berhasil menciptkan senjata pemusnah massal bom Nuklir. Baik Einstein dan Nobel merupakan ilmuwan yang telah berjasa membongkar hukum alam namun dalam kajian dampak, penemuan yang mereka dapatkan menimbulkan lebih banyak kerugian daripada keuntungan dalam hal kearifan dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh MakalahContoh PidatoRumus Matematika
 

Peranan Guru dalam mendidik Pada ranah pendidikan sekolah terutama pendidikan sains, tentu bukanlah hal tabu menjadikan Nuklir dan Toulena sebagai materi ajar di dalam kelas. Guru yang baik memiliki peran ganda yang harus dilakukan secara bersamaan di dalam kelas. Peran pertama yakni sebagai seorang pengajar yang memberikan pengetahuan terkait materi yang didapatkan dan menyampaikan kebenaran apa adanya dan yang kedua adalah memberikan pendidikan kepada peserta didik agar pengetahuan yang didapatkan digunakan sebaik mungkin untuk hajat hidup orang banyak.
Proses belajar mengajar dalam kelas tentu ada tidak terhindarkan untuk mengkaji materi yang memiliki dampak negatif. Kemungkinan yang paling besar yang membuat materi memiliki arti negatif adalah lingkungan dimana materi tersebut diajarkan. Sebagai contoh sebagian besar guru biologi di Indonesia kesulitan dalam memberikan pengantar dalam proses pembelajaran pada saat materi reproduksi pada manusia.

Konotasi negatif muncul karena kebiasaan masyarakat yang tidak terbiasa dengan se(x) education dan lebih cenderung mengartikan penjelasan mengenai reproduksi dengan pornografi. Pada kasus-kasus seperti ini seorang pendidik harus mampu memberikan pengantar yang baik agar tidak muncul pengetahuan yang bersifat negatif kepada peserta didik pasca proses pembelajaran. Pengalaman mengajar yang memadai dan keterampilan memahami karakter masyarakat sekitar sangat dibutuhkan oleh seorang guru dalam upaya memberikan pendidikan kepada peserta didik.

Secara luas, pendidikan tidak hanya didapatkan dari dunia pendidikan reguler baik dalam kelas maupun kelas formal lainnya. Nehreye; memberikan gambaran bahwa sekolah bukanlah satu-satunya tempat mendapatkan pendidikan namun secara keseluruhan aktivitas yang dilakukan dalam proses mendapatkan ilmu baik itu melalui radio, film, diskusi bahkan belajar dari pengalaman sebelumnya termasuk bagian dari trial and error.

Penekanan pendidikan tidak menitik beratkan pada pengetahuan namun pada aspek moral dan peran seorang yang mendapatkan pendidikan menunjukkan sumbangan pemikiran dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan dikaitkan dengan menyiapkan peserta didik agar mampu hidup dan melakukan interaksi sosial.



Contoh Makalah Tentang Peranan Pendidikan

Contoh Makalah Tentang Peranan Pendidikan

Tugas Belajar SD, SMP dan SMA

Contoh Makalah Tentang Peranan Pendidikan

Contoh Makalah,  Contoh PidatoRumus Matematika

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah berpendapat bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri. Djamarah berpendapat bahwa baik mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga profesional2. Oleh sebab itu, tugas yang berat dari seorang guru ini pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi profesional yang tinggi.

Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, untuk itu mutu pendidikan di suatu sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya.

Menurut Aqib guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar3. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah4. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi profesional dari seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan.

Kompetensi profesional guru dalam hal ini guru matematika SMP Negeri di wilayah Kabupaten Pandeglang masih relatif rendah. Berdasarkan hasil Tes Kompetensi Guru yang dilakukan Depertemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutran Pertama yang bekerja sama dengan Pusat Penilaian Pendidikan pada Tahun 2003, menunjukkan bahwa rata-rata nilai kompetensi guru matematika di Kabupaten Pandeglang hanya mencapai 42,25 %. Angka ini masih relatif jauh di bawah standar nilai kompetensi minimal yang diharapkan yaitu 75 %. nilai kompetensi minimal yang diharapkan yaitu 75 %.

Pada dasarnya tingkat kompetensi profesional guru dipengaruhi oleh faktor dari dalam guru itu sendiri yaitu bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan yang diemban. Sedangkan faktor luar yang diprediksi berpengaruh terhadap kompetensi profesional seorang guru yaitu kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan pemimpin guru di sekolah.

Sikap guru terhadap pekerjaan merupakan keyakinan seorang guru mengenai pekerjaan yang diembannya, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada guru tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu sesuai pilihannya. Sikap guru terhadap pekerjaan mempengaruhi tindakan guru tersebut dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Bilamana seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, maka sudah barang tentu guru akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya, pastilah dia hanya menjalankan fungsi dan kedudukannya sebatas rutinitas belaka. Untuk itu amatlah perlu kiranya ditanamkan sikap positif guru terhadap pekerjaan, mengingat peran guru dalam lingkungan pendidikan dalam hal ini sekolah amatlah sentral.

Contoh Kliping  SD, SMP dan SMA

Sikap guru terhadap pekerjaan dapat dilihat dalam bentuk persepsi dan kepuasaannya terhadap pekerjaan maupun dalam bentuk motivasi kerja yang ditampilkan. Guru yang memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sudah barang tentu akan menampilkan persepsi dan kepuasan yang baik terhadap pekerjaanya maupun motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru yang mampu bekerja secara profesional dan memiliki kompetensi profesional yang tinggi kinerjaanya maupun motivasi kerja yang tinggi, yang pada akhirnya akan mencerminkan seorang guru yang mampu bekerja secara profesional dan memiliki kompetensi profesional yang tinggi. Sikap positif maupun negatif seorang guru terhadap pekerjaan tergantung dari guru bersangkutan maupun kondisi lingkungan. Menurut Walgito, sikap yang ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor fisiologis dan psikologis, serta faktor eksternal, yaitu berupa situasi yang dihadapi individu, normanorma, dan berbagai hambatan maupun dorongan yang ada dalam masyarakat.

Sekolah sebagai organisasi, di dalamnya terhimpun unsur-unsur yang masingmasing baik secara perseorangan maupun kelompok melakukan hubungan keja sama untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur yang dimaksud, tidak lain adalah sumber daya manusia yang terdiri dari kepala sekolah, guru-guru, staf, peserta didik atau siswa, dan orang tua siswa. Tanpa mengenyampingkan peran dari unsur-unsur lain dari organisasi sekolah, kepala sekolah dan guru merupakan personil intern yang sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah.

Keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala sekolah. Sedangkan Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses pendidikan dan proses belajar mengajar dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah. bertanggung jawab atas tercapainya tujuan sekolah. Kepala sekolah diharapkan menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh sebab itu, kualitas kepemimpinan kepala sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah.

Wahjosumidjo mengemukakan bahwa: Penampilan kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi atau sumbangan yang diberikan oleh kepemimpinan seorang kepala sekolah, baik secara kualitatif maupun kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan sekolah. Penampilan kepemimpinan kepala sekolah ditentukan oleh faktor kewibawaan, sifat dan keterampilan, perilaku maupun fleksibilitas pemimpin. Menurut Wahjosumidjo, agar fungsi kepemimpinan kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan seorang kepala sekolah yang memiliki kemampuan profesional yaitu: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman, pelatihan dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.

Kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu kepala sekolah dituntut untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru.
Kepemimpinan kepala sekolah yang terlalu berorientasi pada tugas pengadaan sarana dan prasarana dan kurang memperhatikan guru dalam melakukan tindakan, dapat menyebabkan guru sering melalaikan tugas sebagai pengajar dan pembentuk nilai moral. Hal ini dapat menumbuhkan sikap yang negatif dari seorang guru terhadap pekerjaannya di sekolah, sehingga pada akhirnya berimlikasi terhadap keberhasilan prestasi siswa di sekolah. keberhasilan prestasi siswa di sekolah.

Kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan, dan kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Dalam suatu lingkungan pendidikan di sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan memberdayakan guru-guru agar terus meningkatkan kemampuan kerjanya. Dengan peningkatan kemampuan atas segala potensi yang dimilikinya itu, maka dipastikan guru-guru yang juga merupakan mitra kerja kepala sekolah dalam berbagai bidang kegiatan pendidikan dapat berupaya menampilkan sikap positif terhadap pekerjaannya dan meningkatkan kompetensi profesionalnya

Berdasarkan uraian diatas menunjukkkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan merupakan faktor yang cukup menentukan tingkat kompetensi profesional guru. Sehinga dapat diduga bahwa masih rendahnya kompetensi profesional guru dalam hal ini guru matematika SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang, disebabkan oleh kompetensi profesional guru itu sendiri yang rendah, kepemimpinan kepala sekolah yang kurang efektif dan sikap guru yang negatif terhadap pekerjaannya. Atas dasar pemikiran tersebut, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Guru terhadap Pekerjaan dengan Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang.

B. Identifikasi Masalah

Masalah yang muncul berkenaan dengan hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru, diidentifikasikan sebagai berikut:
  1. Apakah kepemimpinan kepala sekolah memiliki hubungan dengan kompetensi profesional guru.
  2. Apakah sikap guru terhadap pekerjaan memiliki hubungan dengan kompetensi profesional guru.
  3. Apakah kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan berhubungan dengan kompetensi profesional guru.
  4. Apakah kompetensi profesional guru dapat ditingkatkan melalui kepemimpinan kepala sekolah.
  5. Apakah kompetensi profesional guru dapat ditingkatkan melalui sikap guru terhadap pekerjaan guru.
  6. Apakah para guru telah mempunyai tingkat kompetensi profesional yang tinggi.
  7. Apakah kepala sekolah telah menerapkan kepemimpinan yang efektif dan relevan dengan kondisi sekolah.
  8. Apakah para guru telah memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya.
  9. Apakah kepemimpinan kepala sekolah yang semakin positif akan diiringi dengan semakin positifnya kompetensi profesional guru.
  10. Apakah sikap guru terhadap pekerjaan yang positif akan diiringi dengan semakin positifnya
  11. Apakah tingkat kompetensi profesional guru yang rendah diakibatkan oleh kepemimpinan kepala sekolah yang kurang efektif dan tidak relevan.
  12. Apakah tingkat kompetensi profesional guru yang rendah diakibatkan oleh sikap guru yang negatif terhadap pekerjaannya.
  13. Bagaimana pola hubungan fungsional antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri dari :
  1. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru.
  2. Hubungan antara sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru.
  3. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru.
Selanjutnya untuk lebih memperdalam penelitian, maka dipilih tiga variabel yang relevan dengan permasalahan pokok, yaitu kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel bebas kesatu (X1), sikap guru terhadap pekerjaan sebagai variabel bebas kedua (X2), dan kompetensi profesional guru sebagai variabel terikat (Y).

D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian tersebut dirumuskan sebagai berikut :
  1. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru.
  2. Apakah terdapat hubungan antara sikap terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru.
  3. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian yaitu untuk meningkatkan kompetensi profesional guru dengan melihatnya dari aspek kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan. Untuk maksud tersebut, dicari hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru dan hubungan antara sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru. Setelah itu dikaji bagaimana hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan secara bersama-sama dengan kompetensi profesional guru. Dengan mengetahui hubungan tersebut, hasil penelitian diharapkan berguna untuk meningkatkan kompetensi profesional guru matematika khususnya di Kabupaten Pandeglang.

PEMBAHASAN

A.Permasalahan Pendidikan Masa Kini
Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontibusinya pendidikan. Shane (1984: 39), misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi pada kebudayaan di hari esok. Pendapat yang sama juga bisa kita baca dalam penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional (UU No. 20/2003), yang antara lain menyatakan bahwa:

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Dengan demikian, sebagai institusi, pendidikan pada prinsipnya memikul amanah dan etika masa depan. Etika masa depan timbul dan dibentuk oleh kesadaran bahwa setiap anak manusia akan menjalani sisa hidupnya di masa depan bersama-sama dengan makhluk hidup lainnya yang ada di bumi. Hal ini berarti bahwa, di satu pihak, etika masa depan menuntut manusia untuk tidak mengelakkan tanggung jawab atas konsekuensi dari setiap perbautan yang dilakukannya sekarang ini. Sementara itu pihak lain, manusia ditutut untuk mampu mengantisipasi, merunuskan nilai-nilai, dan menetapkan prioritas-prioritas dalam suasana yang tidak pasti agar generasi-generasi mendatang tidak menjadi mangsa dari proses yang semakin tidak terkendali di zaman mereka dikemudian hari (Joesoef, 2001: 198-199).

Dalam konteks etika masa depan tersebut, karenanya visi pendidikan seharusnya lahir dari kesadaran bahwa kita sebaiknya jangan menanti apapun dari masa depan, karena sesungguhnya masa depan itulah mengaharap-harapkan dari kita, kita sendirilah yang seharusnya menyiapkannya (Joesoef, 2001: 198).

Visi ini tentu saja mensyaratkan bahwa, sebagai institusi, pendidikan harus solid. Idealnya, pendidikan yang solid adalah pendidikan yang steril dari berbagai permasalahan. Namun hal ini adalah suatu kemustahilan. Suka atau tidak suka, permasalahan akan selalu ada dimanapun dan kapanpun, termasuk dalam institusi pendidikan. Oleh karena itu, persoalannya bukanlah usaha menghindari permasalahah, tetapi justru perlunya menghadapi permasalahan itu secara cerdas dengan mengidentifikasi dan memahami substansinya untuk kemudian dicari solusinya.

Contoh Kliping  SD, SMP dan SMA

Makalah ini berusaha mengidentifikasi dan memahami permasalahan-permasalahan pendidikan kontemporer di Indonesia. Permasalahan-permasalahan pendidikan dimaksud dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu permasalahan eksternal dan permasalahan internal. Perlu pula dikemukakan bahwa permasalah pendidikan yang diuraikan dalam makalah ini terbatas pada permasalahan pendidikan formal. Namun sebelum menguraikan permasalahan eksternal dan internal tersebut, terlebih dahulu disajikan uraian singkat tentang fungsi pendidikan. Uraian yang disebut terakhir ini dianggap penting, karena permasalahan pendidikan pada hakekatnya terkait erat dengan realisasi fungsi pendidikan.

Fungsi Pendidikan Pasal 3 UU No. 20/2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 ini terkandung empat fungsi yang harus diaktualisasikan olen pendidikan, yaitu: (1) fungsi mengembangkan kemampuan peserta didik, (2) fungsi membentuk watak bangsa yang bermartabat, (3) fungsi mengembangkan peradaban bangsa yang bermartabat, dan (4) fungsi mencerdaskan kehidupan bangsa. Noeng Muhadjir (1987: 20-25) menyebutkan bahwa, sebagai institusi pendidikan mengemban tiga fungsi. Pertama, pendidikan berfungsi menumbuhkan kreativitas peserta didik. Kedua, pendidikan berfungsi mewariskan nilai-nilai kepada peserta didik; dan Ketiga, pendidikan berfungsi meningkatkan kemampuan kerja produktif peserta didik.

Kalau dibandingkan dengan fungsi pendidikan yang termaktup dalam rumusan pasal 3 UU No. 20/2003 di atas, fungsi pertama yang dikemukakan Noeng Muhadjir secara substantive sama dengan fungsi keempat menurut UU No. 20/2003.
Sedangkan fungsi pendidikan ketiga yang dikemukakan Noeng Muhadjir pada dasarnya sama dengan fungsi pertama menurut UU No. 20/2003. Sementara itu, Vebrianto, seperti dikutip M. Rusli Karim (1991: 28) menyebutkan empat fungsi pendidikan. Keempat fungsi dimaksud adalah: (1) transmisi kultural, pengetahuan, sikap, nilai dan norma ; (2) memilih dan menyiapkan peran sosial bagi peserta didik; (3) menjamin intergrasi nasional; dan (4) mengadakan inovasi-inovasi sosial. Terlepas dari adanya perbedaan rincian dalam perumusan fungsi pendidikan seperti tersebut di atas, namun satu hal yang pasti ialah bahwa fungsi utama pendidikan adalah membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup dan martabat kemanusiaannya. 1. Permasalahan Eksternal Pendidikan Masa Kini

Permasalahan eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini sesungguhnya sangat komplek. Hal ini dikarenakan oleh kenyataan kompleksnya dimensi-dimensei eksternal pendidikan itu sendiri. Dimensi-dimensi eksternal pendidikan meliputi dimensi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan bahkan juga dimensi global. Dari berbagai permasalahan pada dimensi eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini, makalah ini hanya akan menyoroti dua permasalahan, yaitu permasalahan globalisasi dan permasalahan perubahan sosial.

Permasalahan globalisasi menjadi penting untuk disoroti, karena ia merupakan trend abad ke-21 yang sangat kuat pengaruhnya pada segenap sector kehidupan, termasuk pada sektor pendidikan. Sedangakan permasalah perubahan sosial adalah masalah klasik bagi pendidikan, dalam arti ia selalu hadir sebagai permasalahan eksternal pendidikan, dan karenya perlu dicermati. Kedua permasalahan tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan, jika pendidikan ingin berhasil mengemban misi (amanah) dan fungsinya berdasarkan paradigma etika masa depan.

1.1. Permasalahan globalisasi
Globalisasi mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam kehidupan global. Dalam bidang ekonomi, misalnya, globalisasi ekonomi berarti terintegrasinya ekonomi nasional ke dalam ekonomi dunia atau global (Fakih, 2003: 182). Bila dikaitkan dalam bidang pendidikan, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam pendidikan dunia. Sebegitu jauh, globalisasi memang belum merupakan kecenderungan umum dalam bidang pendidikan. Namun gejala kearah itu sudah mulai Nampak.

Sejumlah SMK dan SMA di beberapa kota di Indonesia sudah menerapkan sistem Manajemen Mutu (Quality Management Sistem) yang berlaku secara internasional dalam pengelolaan manajemen sekolah mereka, yaitu SMM ISO 9001:2000; dan banyak diantaranya yang sudah menerima sertifikat ISO. Oleh karena itu, dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan actual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan.

Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas (Kuntowijoyo, 2001: 122).

Dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Kecenderungan ini sudah mulai terlihat pada tingkat perguruan tinggi dan bukan mustahil akan merambah pada tingkat sekolah menengah.

Contoh Kliping  SD, SMP dan SMA

Bila persoalannya hanya sebatas tantangan kompetitif, maka masalahnya tidak menjadi sangat krusial (gawat). Tetapi salah satu ciri globalisasi ialah adanya regulasi-regulasi. Dalam bidang pendidikan hal itu tampak pada batasan-batasan atau ketentuan-ketentuan tentang sekolah berstandar internasional. Pada jajaran SMK regulasi sekolah berstandar internasional tersebut sudah lama disosialisasikan. Bila regulasi berstandar internasional ini kemudian ditetapkan sebagai prasyarat bagi output pendidikan untuk memperolah untuk memperoleh akses ke bursa tenaga kerja global, maka hal ini pasti akan menjadi permasalah serius bagi pendidikan nasional.

Globalisasi memang membuka peluang bagi pendidikan nasional, tetapi pada waktu yang sama ia juga mengahadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini.

1.2. Permasalahan perubahan sosial
Ada sebuah adegium yang menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi, semuanya berubah; satu-satunya yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Itu artinya, perubahan social merupakan peristiwa yang tidak bisa dielakkan, meskipun ada perubahan social yang berjalan lambat dan ada pula yang berjalan cepat. Bahkan salah satu fungsi pendidikan, sebagaimana dikemukakan di atas, adalah melakukan inovasi-inovasi social, yang maksudnya tidak lain adalah mendorong perubahan social. Fungsi pendidikan sebagai agen perubahan sosial tersebut, dewasa ini ternyata justru melahirkan paradoks. Kenyataan menunjukkan bahwa, sebagai konsekuansi dari perkembangan ilmu perkembangan dan teknologi yang demikian pesat dewasa ini, perubahan social berjalan jauh lebih cepat dibandingkan upaya pembaruan dan laju perubahan pendidikan. Sebagai akibatnya, fungsi pendidikan sebagai konservasi budaya menjadi lebih menonjol, tetapi tidak mampu mengantisipasi perubahan sosial secara akurat (Karim, 1991: 28).

Dalam kaitan dengan paradoks dalam hubungan timbal balik antar pendidikan dan perubahan sosial seperti dikemukakan di atas, patut kiranya dicatat peringatan Sudjatmoko (1991:30) yang menyatakan bahwa Negara-negara yang tidak mampu mengikuti revolusi industri mutakhir akan ketinggalan dan berangsur-angsur kehilangan kemampuan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai Negara merdeka. Dengan kata lain, ketidakmampuan mengelola dan mengikuti dinamika perubahan sosial sama artinya dengan menyiapkan keterbelakangan. Permasalahan perubahan sosial, dengan demikian harus menjadi agenda penting dalam pemikiran dan praksis pendidikan nasional. 

2. Permasalahan Internal Pendidikan Masa Kini
Seperti halnya permasalahan eksternal, permasalahan internal pendidikan di Indonesia masa kini adalah sangat kompleks. Daoed Joefoef (2001: 210-225) misalnya, mencatat permasalahan internal pendidikan meliputi permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan strategi pembelajaran, peran guru, dan kurikulum. Selain ketiga permasalahan tersebut sebenarnya masih ada jumlah permasalahan lain, seperti permasalahan yang berhubungan dengan sistem kelembagaan, sarana dan prasarana, manajemen, anggaran operasional, dan peserta didik. Dari berbagai permasalahan internal pendidikan dimaksud, makalah ini hanya akan membahas tiga permasalahan internal yang di pandang cukup menonjol, yaitu permasalahan sistem kelembagaan, profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran. 

2.1. Permasalahan Sistem Kelembagaan
Permasalahan sistem kelembagaan pendidikan yang dimaksud dengan uraian ini ialah mengenai adanya dualisme atau bahkan dikotomi antar pendidikan umum dan pendidikan agama. Dualisme atau dikotomi antara pendidikan umum dan pendidikan agama ini agaknya merupakan warisan dari pemikiran Islam klasik yang memilah antara ilmu umum dan ilmu agama atau ilmu ghairuh syariah dan ilmu syariah, seperti yang terlihat dalam konsepsi al-Ghazali (Otman, 1981: 182).

Dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan yang berlaku di negeri ini kita anggap sebagai permasalahan serius, bukan saja karena hal itu belum bisa ditemukan solusinya hingga sekarang, melainkan juga karena ia, menurut Ahmad Syafii Maarif (1987:3) hanya mampu melahirkan sosok manusia yang pincang. Jenis pendidikan yang pertama melahirkan sosok manusia yang berpandangan sekuler, yang melihat agama hanya sebagai urusan pribadi. Sedangkan sistem pendidikan yang kedua melahirkan sosok manusia yang taat, tetapi miskim wawasan. Dengan kata lain, adanya dualisme dikotomi sistem kelembagaan pendidikan tersebut merupakan kendala untuk dapat melahirkan sosok manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, Ahmad Syafii Maarif (1996: 10-12) menyarankan perlunya modal pendidikan yang integrative, suatu gagasan yang berada di luar ruang lingkup pembahasan makalah ini. 

2.2. Permasalahan Profesionalisme Guru
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan. Menurut Suyanto (2007: 1), guru memiliki peluang yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita aksara menjadi seorang yang pintar dan lancar baca tulis alfabetikal maupun funfsional yang kemudian akhirnya ia bisa menjadi tokoh kebanggaan komunitas dan bangsanya. Tetapi segera ditambahkan: guru yang demikian tentu bukan guru sembarang guru. Ia pasti memiliki profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa digugu lan ditiru.

Lebih jauh Suyanto (2007: 3-4) menjelaskan bahwa guru yang profesional harus memiliki kualifikasi dan ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri dimaksud adalah: (a) harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat, (b) harus berdasarkan atas kompetensi individual, (c) memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, (d) ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, (e) adanya kesadaran profesional yang tinggi, (f) meliki prinsip-prinsip etik (kide etik), (g) memiliki sistem seleksi profesi, (h) adanya militansi individual, dan (i) memiliki organisasi profesi. Dari ciri-ciri atau karakteristik profesionalisme yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan) Suyanto (2007: 4). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi pekerjaan rumah bagi pendidikan nasional masa kini. 

2.3. Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto (2007: 15-16) era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa pemberian informasi dan pengajaran berbasis factual atau pengetahuan. Paulo Freire (2002: 51-52) menyebut strategi pembelajaran tradisional ini sebagai strategi pelajaran dalam gaya bank (banking concept).

Di pihak lain strategi pembelajaran baru digambarkan oleh Suyanto sebagai berikut: berpusat pada murid, menggunakan banyak media, berlangsung dalam bentuk kerja sama atau secara kolaboratif, interaksi guru-murid berupa pertukaran informasi dan menekankan pada pemikiran kritis serta pembuatan keputusan yang didukung dengan informasi yang kaya. Model pembelajaran baru ini disebut oleh Paulo Freire (2000: 61) sebagai strategi pembelajaran hadap masalah (problem posing). Meskipun dalam aspirasinya, sebagaimana dikemukakan di atas, dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru (Idrus, 1997: 79). Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.

PENUTUP
Permasalahan pendidikan di Indonesia masa kini sesungguhnya sangat kompleks. Makalah ini dengan segala keterbatasannya, hanya sempat menyoroti beberapa diantaranya yang dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu permasalahan eksternal dan internal. Dalam permasalahan eksternal di bahas masalah globalisasi dan masalah perubahan social sebagai lingkungan pendidikan.'
Sedangkan menyangkut permasalahan internal disoroti masalah system kelemahan (dialisme dikotomi), profesionalisme guru, dan strategi pembelajaran. Dari pemahaman terhadap sejumlah permasalahan dimaksud di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai permasalahan pendidikan yang komplek itu, baik eksternal maupun internal adalah saling terkait. Hal ini tentu saja menyarankan bahwa pemecahan terhadap permasalahan-permasalahan pendidikan tidak bisa dilakukan secara parsial; yang merupakan pendekatan terpadu. Bagaimanapun, permasalahan-permasalahan di atas yang belum merupakan daftar lengkap, harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab. Sebab, jika kita gagal menemukan solusinya maka kita tidak bisa berharap pendidikan nasional akan mampu bersaing secara terhormat di era globalisasi dewasa ini.


DAFTAR PUSTAKA
  • Fakih, Mansour, 2000. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakarta: Insist Press dan Pustaka Pelajar. 
  • Freire, Paulo, 2000. Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo Dananjaya dkk. Jakarta: LP3ES. 
  • Joesoef, Daoed, 2001. Pembaharuan Pendidikan dan Pikiran, dalam Sularto ( ed .). Masyarakat Warga dan Pergulatan Demokrasi: Antara Cita dan Fakta. Jakarta: Kompas. 
  • Karis, M. Rusli. 1991, Pendidikan Islam sebai Upaya Pembebasan Manusia, dalam Muslih Usa (ed.). Pendidikan Islam di Indonesia: Antara Cita dan Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana. 
  • Kuntowijoyo, 2001. Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, Bandung: Mizan. 
  • Maarif, Ahmad Syafii, 1987. Masalah Pembaharuan Pendidikan Islam, dalam Ahmad Busyairi dan Azharudin Sahil ( ed .). Tantangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: LPM UII.
  •  Maarif. Ahmad Syafii, 1996. Pendidikan Islam dan Proses Pemberdayaan Umat. Jurnal Pendidikan Islam, No. 2 Th.I/Oktober 1996. 
  • Muhadjir, Noeng, 1987. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Social: Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta: Reka Sarasih
  • Muhadjir, Noeng, 1987. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Social: Suatu Teori Pendidikan. Yogyakarta: Reka Sarasih. 
  • Othman, Ali Issa, 1981. Manusia Menurut al-Ghazali, alih bahasa Johan Smit dkk. Bandung: Pustaka.
  • Shane, Harlod G., 1984. Arti Pendidikan bagi Masa Depan. Jakarta: Rajawali Pers.
  • Soedjatmoko, 1991. Nasionalisme sebagai Prospek Belajar, Prisma, No. 2 Th. XX, Februari. 
  • Suyanto, 2007, Tantangan Profesionalisme Guru di Era Global, Pidato Dies Natalis ke-43 Universitas Negeri Yogyakarta, 21 Mei.

Intip Berita